Jumat, 21 Februari 2025

PPSM, Jadi Kapan Lagi?

Jadi kapan lagi? Kita punya kesempatan untuk berprestasi. Setidaknya membuat kita bangga, kalau ada tim sepakbola yang bisa kita ceritakan prestasi baiknya waktu kita di rantau, atau ketika bertemu teman dari daerah lain.

Hal itu hampir terjadi musim ini. Yap, pada akhirnya setelah sekian tahun tim ini terlihat lebih niat mempersiapkan tim daripada tahun-tahun sebelumnya. Dan akhirnya juga setelah beberapa tahun, tim ini berhasil lolos ke babak knock-out murni karena perjuangan sendiri (Yes, beberapa tahun lalu sempat lolos juga tapi gara2 bonus karena mundurnya Ebod Jaya ditengah kompetisi). Tim ini juga menunjukkan niatnya berkompetisi ketika diparuh kompetisi, mereka memperbaiki tim dengan menambah kekuatan untuk performa lebih baik di putaran selanjutnya. PPSM musim ini, cukup menjanjikan Dimata kami, pendukung PPSM yang sudah bertahun-tahun rindu atmosfer positif di persepakbolaan Magelang.


Kami tidak berharap juara. Cukup berhasil ke empat besar lalu lolos ke putaran nasional sudah sangat berharga buat kami. Cukup buat kami untuk menunjukkan ke orang-orang di luar sana kalau Magelang punya klub sepakbola. Yang beberapa orang di luar sana hanya tahu kalau ada klub pendiri PSSI dari Magelang, tapi belum pernah melihat mereka berkompetisi. Ataupun untuk pecinta bola diluar sana yang benar-benar awam tentang sepakbola Magelang, kami bisa menunjukkan bahwa klub ini sekarang kembali lagi ke kancah nasional.

Saya menjadi supporter PPSM sudah hampir 2 dekade. Kala itu saya masih menjadi anak SD yang kalau pulang les dari Karang gading menuju rumah di Pancuranmas, acap kali melewati stadion Old Abu Bakrin disaat bubaran pertandingan, ingin rasanya ikut support langsung PPSM kala itu, hingga akhirnya kesampaian di musim pertama dimana untuk pertama kalinya PPSM berlaga di divisi utama. Saat itu, bisa dibilang setiap pertandingan home saya ada disana.

Simolodro, saat itu menjadi wadah yang nyaman buat kami para supporter untuk menyalurkan emosi dan suara kami untuk mendukung PPSM. Tidak perlu harus bergaya ini-itu, cukup pakai pakaian apa saja yang kami punya, lebih bagus kalau berunsur Oren khas PPSM sudah cukup untuk kami berdiri bersama dan bersorak untuk PPSM. Mungkin saat itu belum terlalu besar, tapi cukup di kenal di persuporteran Jawa Tengah.

PPSM semakin besar saat itu, konsisten di divisi utama, basis masa juga semakin besar sampai akhirnya dibangunkan stadion baru yang sekarang bernama stadion Moch Soebroto. Basis masa yang besar membuat supporter Magelang berkembang juga. Disamping Simolodro yang berkultur mania, saat itu Ultras 1919 yang berkultur ultras juga semakin besar dengan nama baru yaitu Squadra Macan Tidar. Dua kelompok supporter dengan kultur yang berbeda, namun mendukung satu tim yang sama, membuat suasana nyetadion jadi makin seru saat itu.

Tahun demi tahun berganti sampai akhirnya kelompok supporter baru dengan kultur yang berbeda muncul lagi. Kelompok-kelompok kecil dengan kultur Hooligan dan casual yang mengadaptasi dari supporter di Inggris bergabung menjadi satu yang diberi nama Gate 1. Walaupun cukup solid juga dalam mendukung PPSM. Tapi jujur saja, kami diluaran banyak yang membicarakan negatif tentang mereka tentang kurangnya koordinasi dari pentolan-pentolan mereka, hingga aksi-aksi mereka yang doyan 'cari musuh'. Kami tahu, dalam dunia supporteran gesekan memang hal yang biasa, tapi style mereka dalam bersupporter, kurang bisa menyesuaikan dengan posisi PPSM di liga saat itu.

Gate 1 memang kontroversial dengan style nya, tapi ada nilai positifnya juga. Disaat klub terpuruk, mereka juga yang aktif bersuara dan menuntut manajemen untuk segera bergerak. Alangkah lebih bagus lagi kalau keaktifan itu dibarengi dengan edukasi anggota untuk lebih disiplin lagi dalam mendukung klub. Usia komunitas sudah semakin dewasa, harus dibarengi dengan kedewasaan bertindak dan pengambilan keputusan juga.

Bukan hanya untuk Gate 1, namun juga semua elemen supporter PPSM. Akhir musim lalu kita sempat viral dengan aksi turun lapangannya, dan sayangnya musim ini terulang kembali yang diikuti oleh hukuman diskualifikasi. Kedepannya, mau tidak mau harus berbenah. Harus!

Bang Pange dengan Narasi-nya musim ini sudah mau menjadi sponsor utama untuk membuat PPSM berprestasi. Sayangnya, kita sebagai pendukungnya malah tidak mendukung beliau (ya walaupun karena kecolongan 'oknum'). Tentu, seperti halnya kita, beliau melakukan itu juga dengan mimpi untuk membuat macan tidar Kiya mengaum lebih keras. Tapi, apakah dengan kejadian ini beliau masih akan support PPSM di musim depan?

Bukan cuma bang Pange, investor lain pasti akan berfikir lagi untuk mendukung PPSM. Tapi, semoga pemikiran saya salah, semoga mereka para investor bisa membaca kalau tahun depan adalah titik balik supporter Magelang yang telah jauh lebih dewasa karena belajar dari pengalaman ini. Semoga saja.

Jadi kapan kita akan lebih dewasa?
Jadi kapan PPSM Magelang bisa berprestasi?
Jadi kapan lagi?

Secepatnya!