Terlalu dini
untuk menyebut ini adalah sebuah pertandingan derby, sebuah pertandingan babak
grup di Piala Soeratin 2015. Pertandingan antara Persikama Kabupaten Magelang vs PPSM Magelang. Ada beberapa alasan
untuk menyebut bahwa pertandingan ini memang bukan derby,
Pertama, istilah
derby digunakan untuk menyebut sebuah pertandingan panas syarat gengsi dan adu
skill. Misalnya pertandingan 2 klub Kota Milan antara AC Milan vs Inter Milan
yang terkenal dengan Derby Della Madoninanya,
atau pertempuran 2 klub Roma antara AS Roma melawan SS Lazio dalam Derby Della Capitale. Mungkin karena
alasan itu orang awam berpendapat bahwa derby adalah pertandingan klub satu
kota. Tapi mereka lupa kalau mereka juga akrab dengan El Classico, pertandingan syarat gengsi liga Spanyol antara Real
Madrid vs Barcelona atau pertandingan klasik di Inggris antara Manchester
United vs Liverpool. Kalau anda pecinta liga Italia, harusnya anda juga akrab
dengan Derby D’Italia antara Juventus vs Inter Milan, apakah mereka sekota? Tidak,
mereka punya derby karena setiap pertendingan yang melibatkan kedua tim ini
syarat akan gengsi dan emosi.Itu sebabnya pertandingan Persikama vs PPSM belum
bisa disebut derby, apakah pertandingan nanti akan panas dan ketat? Belum tentu,
bisa jadi ini kali pertama mereka bertemu.
Kedua, ingat!!
Ini adalah pertandingan di Piala Soeratin yang pesertanya adalah klub-klub
junior U-18. Bukan sebuah pertandingan bergengsi tinggi seperti di Liga (ISL,
DU, Linus) atau di Piala Liga (Piala Indonesia). Tensi pertandingan mungkin
akan panas tapi tidak seperti pertandingan di kedua kompetisi besar tersebut,
mereka akan berusaha untuk menang tapi mereka tidak akan terlalu ngotot.
Meskipun ini Piala Soeratin toh kalau mereka Juara juga nggak akan setenar
kalau juara di kompetisi-kompetisi yang saya sebutkan tadi, Liga dan Piala
Liga. Masih mau terburu-buru menyebut derby?
Ketiga. Oke
saya andaikan saja pertemuan ini antara dua klub senior Persikama vs PPSM. Apakah
ada jaminan pertandingan ini akan berjalan panas dan penuh dengan adu skill
pemain. Kemungkinan iya menurut saya mungkin masih fifty-fifty. PPSM lahir tahun 1919 dan menjadi salah satu pionir
pendiri PSSI, klub ini juga sudah sekian lama malang-melintang di Divisi Utama
Liga Indonesia, memang masih kalah kalau disbanding tetangga-tetangga seperti
Persis Solo, PSIS Semarang, PSS Sleman atau PSIM Jogjakarta yang bahkan mereka
sudah pernah merasakan bermain di kasta tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Tapi
PPSM yang sudah sekian tahun bertahan di Divisi Utama dan pernah dilatih
sekelas Danurwindo atau pemain sekelas Ferdinand Sinaga, Rizky Novriansah dan
juga Kurniawan Dwi Yulianto sudah cukup untuk menyebut PPSM sebagai klub yang
syarat pengalaman. Sedangkan Persikama lahir tahun 1987 dan untuk kompetisi
mereka masih malang melintang di Liga Amatir Indonesia (Divisi 1-2-3) yang
sekarang dilebut menjadi Liga Nusantara, bahkan belum sekalipun mencapai Liga
Profesional Indonesia (Divisi Utama dan ISL). Pemain bintang? Baiklah saya akan
menyebut Ruslan Atenk, gelandang Persikama yang ex-PPSM sebagai pemain bintang
mereka. Bukan mengecilkan atau meremehkan Persikama, tapi perbedaan kasta dan
pengalaman kedua tim sulit untuk mengatakan bahwa pertandingan ini akan panas. Terburu-buru
kan untuk menyebut derby?
Satu-satunya
hal yang membuat pertandingan yang akan digelar di Stadion Gemilang, Kabupaten
Magelang ini akan ramai adalah factor supporters. Ya, gengsi warga Magelang
yang terpecah musim ini akan membuktikan siapa yang nantinya akan meneriakkan “Magelang
Pride” lebih keras, apakah Similodro
dengan PPSMnya ataukah Kamania dengan Persikamanya.
Bukan rahasia
lagi kalau Magelang akhir-akhir ini sedang hot-hotnya
rebutan warna kebanggaan. Entah karena perubahan format kompetisi Liga Amatir
yang sekarang dalam bentuk Liga Nusantara atau karena Kabupaten Magelang punya
stadion baru dan klubnya yaitu Persikama mulai diniati berkompetisi jadi warga Magelang yang tadinya bangga dengan
warna Orange-nya tiba-tiba mulai
membanggakan warna Kuning Hitam,
mulai dari hanya segelintir menjadi semakin ramai. Berbeda dengan warna Orange sendiri, dari ramai menjadi hanya
segelintir. Hal ini bisa dibuktikan dari ketika Persikama bertanding, stadion
Gemilang selalu ramai. Sedangkan di stadion Dr. H. Moch. Soebroto sendiri, dari
yang beberapa musim lalu selalu penuh, akhir-akhir ini terutama saat PPSM
melakukan uji coba pre-season,
stadion terlihat lebih sepi. Tapi kalau saya bilang “Lebih baik sedikit tapi loyal
daripada banyak tapi labil”, lak nggih ngaten to?
Terlalu cepat
untuk menyebut ini derby dan terlalu terburu-buru untuk bilang ‘jamane PPSM uwis entek, saiki jamane
Persikama’. Kompetisi belum di mulai bung, kalau mau buktikan ya tunggu
saja musim depan apakah Persikama bisa menyusul PPSM naik ke Divisi Utama atau
tidak. Nah, setelah itu boleh lah kalau menyebut pertandingan PPSM vs Persikama
sebagai ‘Derby Magelang’ :v
*Penulis adalah salah satu supporter PPSM.
Bukan niat untuk merendahkan salah satu klub tapi penulis hanya menuliskan ide
penulis berdasakan fakta yang ada. Alangkah indahnya bisa mencintai klub
kebanggan tanpa membenci klub lawan.
Tulisan yang sangat menarik mas...
BalasHapustapi biasanya, kalau sudah menyangkut gengsi, mau U-18 atau senior, tetep bakal panas kelihatannya... Kita tunggu saja nanti...
bener ketat mas, hasil akhir 1-1
Hapus