Selasa, 21 April 2015

'Magelang Pride' milik siapa?



Terlalu dini untuk menyebut ini adalah sebuah pertandingan derby, sebuah pertandingan babak grup di Piala Soeratin 2015. Pertandingan antara Persikama Kabupaten Magelang vs PPSM Magelang. Ada beberapa alasan untuk menyebut bahwa pertandingan ini memang bukan derby,
Pertama, istilah derby digunakan untuk menyebut sebuah pertandingan panas syarat gengsi dan adu skill. Misalnya pertandingan 2 klub Kota Milan antara AC Milan vs Inter Milan yang terkenal dengan Derby Della Madoninanya, atau pertempuran 2 klub Roma antara AS Roma melawan SS Lazio dalam Derby Della Capitale. Mungkin karena alasan itu orang awam berpendapat bahwa derby adalah pertandingan klub satu kota. Tapi mereka lupa kalau mereka juga akrab dengan El Classico, pertandingan syarat gengsi liga Spanyol antara Real Madrid vs Barcelona atau pertandingan klasik di Inggris antara Manchester United vs Liverpool. Kalau anda pecinta liga Italia, harusnya anda juga akrab dengan Derby D’Italia antara Juventus vs Inter Milan, apakah mereka sekota? Tidak, mereka punya derby karena setiap pertendingan yang melibatkan kedua tim ini syarat akan gengsi dan emosi.Itu sebabnya pertandingan Persikama vs PPSM belum bisa disebut derby, apakah pertandingan nanti akan panas dan ketat? Belum tentu, bisa jadi ini kali pertama mereka bertemu.
Kedua, ingat!! Ini adalah pertandingan di Piala Soeratin yang pesertanya adalah klub-klub junior U-18. Bukan sebuah pertandingan bergengsi tinggi seperti di Liga (ISL, DU, Linus) atau di Piala Liga (Piala Indonesia). Tensi pertandingan mungkin akan panas tapi tidak seperti pertandingan di kedua kompetisi besar tersebut, mereka akan berusaha untuk menang tapi mereka tidak akan terlalu ngotot. Meskipun ini Piala Soeratin toh kalau mereka Juara juga nggak akan setenar kalau juara di kompetisi-kompetisi yang saya sebutkan tadi, Liga dan Piala Liga. Masih mau terburu-buru menyebut derby?
Ketiga. Oke saya andaikan saja pertemuan ini antara dua klub senior Persikama vs PPSM. Apakah ada jaminan pertandingan ini akan berjalan panas dan penuh dengan adu skill pemain. Kemungkinan iya menurut saya mungkin masih fifty-fifty. PPSM lahir tahun 1919 dan menjadi salah satu pionir pendiri PSSI, klub ini juga sudah sekian lama malang-melintang di Divisi Utama Liga Indonesia, memang masih kalah kalau disbanding tetangga-tetangga seperti Persis Solo, PSIS Semarang, PSS Sleman atau PSIM Jogjakarta yang bahkan mereka sudah pernah merasakan bermain di kasta tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Tapi PPSM yang sudah sekian tahun bertahan di Divisi Utama dan pernah dilatih sekelas Danurwindo atau pemain sekelas Ferdinand Sinaga, Rizky Novriansah dan juga Kurniawan Dwi Yulianto sudah cukup untuk menyebut PPSM sebagai klub yang syarat pengalaman. Sedangkan Persikama lahir tahun 1987 dan untuk kompetisi mereka masih malang melintang di Liga Amatir Indonesia (Divisi 1-2-3) yang sekarang dilebut menjadi Liga Nusantara, bahkan belum sekalipun mencapai Liga Profesional Indonesia (Divisi Utama dan ISL). Pemain bintang? Baiklah saya akan menyebut Ruslan Atenk, gelandang Persikama yang ex-PPSM sebagai pemain bintang mereka. Bukan mengecilkan atau meremehkan Persikama, tapi perbedaan kasta dan pengalaman kedua tim sulit untuk mengatakan bahwa pertandingan ini akan panas. Terburu-buru kan untuk menyebut derby?
Satu-satunya hal yang membuat pertandingan yang akan digelar di Stadion Gemilang, Kabupaten Magelang ini akan ramai adalah factor supporters. Ya, gengsi warga Magelang yang terpecah musim ini akan membuktikan siapa yang nantinya akan meneriakkan “Magelang Pride” lebih keras, apakah Similodro dengan PPSMnya ataukah Kamania dengan Persikamanya.
Bukan rahasia lagi kalau Magelang akhir-akhir ini sedang hot-hotnya rebutan warna kebanggaan. Entah karena perubahan format kompetisi Liga Amatir yang sekarang dalam bentuk Liga Nusantara atau karena Kabupaten Magelang punya stadion baru dan klubnya yaitu Persikama mulai diniati berkompetisi jadi warga Magelang yang tadinya bangga dengan warna Orange-nya tiba-tiba mulai membanggakan warna Kuning Hitam, mulai dari hanya segelintir menjadi semakin ramai. Berbeda dengan warna Orange sendiri, dari ramai menjadi hanya segelintir. Hal ini bisa dibuktikan dari ketika Persikama bertanding, stadion Gemilang selalu ramai. Sedangkan di stadion Dr. H. Moch. Soebroto sendiri, dari yang beberapa musim lalu selalu penuh, akhir-akhir ini terutama saat PPSM melakukan uji coba pre-season, stadion terlihat lebih sepi. Tapi kalau saya bilang Lebih baik sedikit tapi loyal daripada banyak tapi labil”, lak nggih ngaten to?
Terlalu cepat untuk menyebut ini derby dan terlalu terburu-buru untuk bilang ‘jamane PPSM uwis entek, saiki jamane Persikama’. Kompetisi belum di mulai bung, kalau mau buktikan ya tunggu saja musim depan apakah Persikama bisa menyusul PPSM naik ke Divisi Utama atau tidak. Nah, setelah itu boleh lah kalau menyebut pertandingan PPSM vs Persikama sebagai ‘Derby Magelang’ :v

*Penulis adalah salah satu supporter PPSM. Bukan niat untuk merendahkan salah satu klub tapi penulis hanya menuliskan ide penulis berdasakan fakta yang ada. Alangkah indahnya bisa mencintai klub kebanggan tanpa membenci klub lawan.

2 komentar:

  1. Tulisan yang sangat menarik mas...

    tapi biasanya, kalau sudah menyangkut gengsi, mau U-18 atau senior, tetep bakal panas kelihatannya... Kita tunggu saja nanti...

    BalasHapus