Senin, 12 Februari 2018

PPSM Magelang, dia adalah PPSM-ku tahun 1919



"Jangan rindu, berat, kamu nggak akan kuat, biar aku saja

Itu bukan kata gombalam Dilan biat Milea kok, itu kata-kataku buat supporter PPSM Magelang di masa depan seandainya lihat tulisan ini.

Tahun demi tahun sejak dualisme PSSI dan Liga Indonesia di tahun 2013 yang berbuntut pula pada dualisme yang terjadi di tubuh PPSM Magelang waktu itu. PPSM Magelang yang bermain di Divisi Utama versi LPIS dan PPSM Sakti Magelang di Divisi Utama PT.LI.

Dualisme memang sudah berlalu, PPSM juga sudah menjadi satu lagi. Tapi ada satu hal yang akhirnya menjadi romantisme disetiap musimnya, yaitu rindu.

Rindu, rindu itu indah kalau orang yang dirindukan mempunyai rasa yang sama kepada kita. Tapi, rindu itu jadi menyesakkan jika phanya kita saja yang merasakan dan dianya enggak.  Lalu, gimana kalau rindu itu untuk sebuah klub sepakbola? untuk klub kebanggaan? untuk PPSM Magelang?

Rindu untuk apa? Prestasi? Huhh singkirkan dulu masalah prestasi, tentu saja rindu, tapi terlalu tinggi buat kita kalau harapan kita prestasi. Boro-boro prestasi, bisa bertahan di Divisi Utama atau sekarang Liga 2 aja kita udah seneng banget. Jangankan bertahan, untuk tetap berkompetisi tiap musim aja kita sudah bersyukur.

Rindu itu untuk kepastian berkompetisi tiap musimnya. Kita rindu manajemen yang bertindak cepat seperti dulu, yang menyiapkan tim jauh sebelum kompetisi dimulai. Mereka yang bahkan terkadang menyiapkan uji coba pra musim bahkan melawan klub dari luar negeri seperti Malaysia dan Singapore. Manajemen yang berani mendatangkan pemain berkelas untuk kompetisi sekelas Divisi Utama. Manajemen yang reaktif ketika hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan.

Manajemen sekarang jauh berbeda. Menyiapkan tim mepet dengan mulainya kompetisi. Jangankan mengagendakan uji coba lawan klub yang bagus atau sepadan, mau uji coba lawan klub lokal Magelang saja sudah bagus. Padahal, persiapan yang bagus dan pemain yang bagus bisa berujung ke prestasi yang bagus juga, pun dengan animo penonton yang berimbas ke penuhnya stadion dan besarnya pendapatan dari tiket. Akhirnya, kita dipaksa untuk rindu. Rindu manajemen yang tanggap seperti dulu, rindu klub kebanggaan bertanding, rindu juga pada suasana stadion yang penuh dan berisik.

Musim baru segera dimulai, mari coba lihat ke sekitar. Klub-klub tetangga sudah mulai persiapan. Abaikan PSIS yang memang punya persiapan lebih cepat karena bermain di dibisi teratas, tapi cobalah lihat PSS Sleman yang sudah sibuk dengan TC di beberapa daerah di Jogja, juga dengan Persis Solo yang sudah banyak punya pemain. Kalau alasannya mereka main di Liga 2 dan PPSM sekarang di Liga 3 dan masih belum jelas kompetisinya, mari kita lihat tetangga paling dekat kita, Persikama Kabupaten Magelang yang sudah mulai membuka seleksi.

Cemburu, jujur saja cemburu dengan klub-klub sekitar yang sudah mulai persiapan meskipun kapan liga mulai saja masih belum jelas.

"Cemburu itu cuma buat orang yang tidak percaya diri" 

Kalau pinjem kata-katanya mas Dilan,

"Yaa, sekarang aku sedang tidak percaya diri"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar