Sebuah kata yang terucap ketika kami bertengkar beberapa saat lalu dan kebetulan menyinggung tentang hobiku pada dunia bola ini.
Entah kenapa, beberapa waktu kemudian, disaat aku melewati dimana overthinking yang sering menjadi teman malamku menyapaku, aku terpikirkan dengan kata-kata diatas. Dan pada akhirnya aku menyadari, disamping agama dan keluarga, ya, bola adalah salah satu yang membangkitkan ku disaat aku terpuruk.
Berdoa itu pasti, menyerahkan diri kepada Tuhan disaat ada masalah adalah langkah pertama disaat kita ada masalah. Keluarga? tentu saja. Namun, sebagai seorang perantau yang sering terhalang jarak dan waktu dengan keluarga, kadang rasa rindu itu justru menjadi tambahan rasa ketika kita sedang diterpa masalah. Bayangkanlah ketika kita sedang banyak masalah, menghubungi keluarga untuk bercerita tapi yang ada muncul rasa pilu karena sebenernya kita ingin didekat mereka untuk sekedar bersandar mencurahkan rasa, tapi, hmm, jarak dan waktu membatasi. Pada akhirnya, hobi lah yang bisa menenangkan disaat itu. Dan dalam kasusku, bola yang jadi hobi untuk menjadi pelarian disaat pelik.
Entah PPSM Magelang, Timnas Indonesia atau Chelsea, tim-tim sepakbola yang cukup bisa menjadi hiburan disaat aku terpuruk. Menang, imbang atau kalah aku tidak peduli, karena aku akan mengartikan setiap hasil itu dengan caraku sendiri. Atau disaat ketiga tim itu tidak ada agenda, menjadi pundit bola abal-abal, mengomentari apa saja aku lakukan, karena itu cukup untuk menghiburku.
Tribun pucuk. Disaat orang-orang lebih suka mencari spot terbawah di tribun agar dekat dengan lapangan dan lebih jelas melihat tingkah gerak para pemain dalam mengolah bola, aku lebih suka memilih tribun paling atas sekali, karena bagiku itu adalah spot terbaik untuk melihat setiap sudut lapangan. Dan yang jelas, itu adalah spot terbaik untuk melamun. Yap benar, melamun. Disaat aku banyak masalah, pada masanya aku suka datang ke stadion, menonton bola, melihat orang-orang bersuka cita dengan hobi mereka, lalu aku menyendiri ditengah keramaian, entah mengapa 3 kombinasi itu bisa mengurangi kepenatan pikiran pada masanya.
Disetiap aku merantau, destinasi sepakbola selalu menjadi objek pertama yang aku cari. Stadion, pertandingan bola, maupun hal lain yang berkaitan dengan sepakbola apabila kedua objek yang ku sebutkan diatas tidak ada. Beberapa stadion besar di eropa ditempat yang pernah kusinggahi saat merantau di kapal pernah ku datangi. Stadion dan pertandingan-pertandingan sepakbola di Jabodetabek pernah kudatangi saat merantau di Jakarta. Pun dengan stadion dan pertandingan yang tidak terlalu besar pernah kudatangi juga saat merantau di Batam.
Labuan Bajo, ini hanyalah kota kecil yang sedang direncanakan menjadi kota besar. Susah untuk menemukan spot tentang sepakbola yang bisa ditemukan. Persimabar Manggarai Barat sebagai klub lokal-pun tidak terlalu aktif. Pada akhirnya, lapangan kecil dipinggir dermaga ini akan menjadi saksi ketika aku sedang mencari ketenangan diri dari peliknya pikiran, ata sekedar mencari ketenangan disaat libur setelah seminggu bergelut dengan capeknya dunia kerja.
Kecil dan sepi memang, tidak seperti stadion-stadion di kota lain yang pernah kukunjungi, tapi tetap saja, melihat anak-anak muda bersuka ria dengan bola bergulir di kakinya, cukup untuk menjadi sebuah hiburan.
Aku tidak tahu apa lagi yang akan terjadi kedepan. Tapi yang jelas, agama, keluarga dan sepakbola akan masih tetap menjadi motivasi dan alasanku untuk tetap waras disaat masalah melanda.
Hmm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar